Let Us Guide You to Reach Your imagination and passion beyond conventional thinking

Thursday, August 25, 2011

Desain itu Proses




Saya sering mendapat pertanyaan dari klien baru yang akan menggunakan  jasa saya sebagai arsitek; “mas kalau mendesain rumah berapa yaa,jasa atau fee desainnya???....kok mahal ya??..kan Cuma gambar aja??? Kalau tampak nya sama 3 Dimensinya berapa??Saya Cuma butuh gambar kerjanya saja,berapa??dll.
Pertanyaan ini pasti sering sekali ditanyakan oleh klien yang baru atau ingin mengetahui saja berapa besarnya biaya sebuah desain.Kadang saya berfikir apakah jasa yang saya tawarkan sangat mahal?? Ataukah mungkin mereka hanya melihat “output”nya saja yang hanya berupa dokumen saja,yang kalau dihitung secara harga kertas aja ,tidak mungkin semahal itu??? ;Tapi hal itu lumrah saja mereka berpikiran seperti itu,saya mencoba bertanya kepada mereka berapa harga kwas lukis dan cat lukis yang paling mahal??terus saya tanya berapa harga lukisan Afandi atau Basuki Abdullah??satu lukisan ratusan juta,padahal harga cat dan kwasnya berapa??,atau saya tanyakan kembali berapa kalau kita ingin foto keluarga pada “salah satu Studio Foto di bilangan Pondok Indah”?? 25 juta-50jt bahkan lebih untuk satu buah foto plus bingkai ukuran A0.

Diatas cuma sekelumit  romantisme  arsitek  yang pasti dialami oleh banyak para arsitek disini. Apresiasi terhadap proses cenderung dikebelakangkan,  yang lebih dilihat adalah “Produk” hasil akhir. Memang sulit merubah sebuah kebiasaan atau pola berpikir seseorang,tapi kita layak untuk memberi  edukasi atau gambaran bahwa untuk sebuah perencanaan dibutuhkan juga kreativitas,waktu serta tenaga ahli yang terlibat .Memang output dari perencanaan adalah dokumen-dokumen perencanaan mulai dari Pra Rencana, Gambar Rencana sampai Estimasi biaya,tapi yang banyak dilupakan oleh kebanyakan klien adalah “Proses” yang terjadi.
 
Sebenarnya seberapa efektif dan efisienkah sebuah Proses Perencanaan tersebut? Dalam rangka ini saya mencoba melihat efektifitas itu dalam 3 hal:
                             
Output atau tujuan dari proses perencanaan adalah kepuasan dari klien,kepuasan perencanaan didasarkan melalui proses desain yang  melewati tahapan-tahapan dari mulai brainstorming,gagasan hingga desain akhir berupa dokumen perencanaan yang terinci dan detail.
Ketiga faktor diatas cukup signifikan dalam menghasilkan sebuah desain yang baik; kualitas,waktu dan uang  merupakan mata rantai yang tidak bisa dipisahkan baik secara acak ataupun berurutan.Sebagai contoh “Uang” disini bukan Cuma biaya desain tapi penghematan biaya terhadap pelaksanaan atau pada tahap konstruksi yang meminimalisasi kesalahan yang dapat terjadi di dalam pelaksanaan konstruksi yang berakibat pembengkakan biaya seperti perubahan ruang yang terlalu kecil,perubahan tangga yang kurang luas,dsb hal ini dapat diminimalisai pada tahap proses perencanaan dimana Klien dapat mengoptimalisaikan keinginan atau gagasan apa yang diinginkan,semua energy baik klien maupun arsitek dapat bersinergi dengan baik untuk dapat menghasilkan “kualitas”desain rancangan yang baik. Dari sisi “waktu” dapat dioptimalisai agar semua proses dapat berjalan sesuai dengan time table nya,efisiensi dalam waktu ini pula dapat menghemat anggaran yang akan dikeluarkan serta disesuaikan dalam menyusun estimasi dari biaya pelaksanan agar tepat guna dan efektif.
Proses perencanaan disini juga melibatkan banyak tenaga bukan hanya seorang arsitek saja(untuk proyek skala menengah dan besar),tapi juga ada perhitungan terhadap struktur bangunan ,mekanikal elektrikal dan plumbing dan QC.Semua berkolaborasi sesuai tahapannya masing-masing dan ini cost yang harus dibayarkan klien,jadi sebuah proses yang cukup panjang untuk dapat menghasilkan dokumen perencanaan dan perancangan.  Dokumen yang ada merupakan Output dari “proses” bukan hal yang instan terjadi.Proses perencanaan pun seringkali juga berbenturan antara klien dan arsitek  untuk dapat menyelaraskan dan memberi  solusi yang baik untuk “Kepuasan”klien agar imagi dan impian dapat terwujud menjadi kenyataan.Sekali lagi ini bukan “Instan” tapi ada proses didalamnya.
Yang kami lakukan adalah membuat jalinan cerita ini menjadi lengkap dan utuh sebagai aktualisasi keinginan  klien,jalinan inilah yang kami jaga agar ending kesemuanya berakhir dengan baik.Kami tidak mau melakukan proses yang kami masuk pada tengah-tengah proses yang sudah dikerjakan orang lain,misalnya kami mendapat gambar pra Rencana yang sudah dibuat orang lain dan kami hanya mengerjakan gambar rencananya saja; Kami ingin membuat cerita dari awal prose hingga akhir proses tanpa terputus,itulah yang selama ini kami lakukan agar desain yang kami hasilkan tetap terjaga kualitas perencanaannya,mungkin desain yang dihasilkan tergantung apresiasi masing-masing orang,tapi kami mencoba untuk membuat sesuatu yang”Benar”,baik secara proses maupun etika kami sebagai jasa konsultan perencana.                              
Uraian singkat diatas mudah mudahan dapat berdampak baik bagi jasa perencanaan dan perancangan arsitektur serta dapat member pemahaman kepada khalayak yang lebih banyak,bahwa tujuan kami sebagai arsitek adalah semata mata mencari kepuasan klien,yang dapat berdampak kepada arsitek untuk dapat lebih di apresiasikan lebih baik,kalau uang merupakan hak professional kami saja..
Kepada rekan arsitek mungkin tulisan ini kuranglah lengkap dan tulisan ini juga bukan untuk diperdebatkan,tapi mungkin kita dapat sama-sam mengedukasi profesi kita untuk dapat diterima Khalayak umum dengan baik. Wassalam.

Yunus Noor Architect

No comments: