Saya sering mendapat pertanyaan dari klien baru yang akan menggunakan jasa saya sebagai arsitek; “mas kalau mendesain rumah berapa yaa,jasa atau fee desainnya???....kok mahal ya??..kan Cuma gambar aja??? Kalau tampak nya sama 3 Dimensinya berapa??Saya Cuma butuh gambar kerjanya saja,berapa??dll.
Pertanyaan ini pasti sering sekali ditanyakan oleh klien yang baru atau ingin mengetahui saja berapa besarnya biaya sebuah desain.Kadang saya berfikir apakah jasa yang saya tawarkan sangat mahal?? Ataukah mungkin mereka hanya melihat “output”nya saja yang hanya berupa dokumen saja,yang kalau dihitung secara harga kertas aja ,tidak mungkin semahal itu??? ;Tapi hal itu lumrah saja mereka berpikiran seperti itu,saya mencoba bertanya kepada mereka berapa harga kwas lukis dan cat lukis yang paling mahal??terus saya tanya berapa harga lukisan Afandi atau Basuki Abdullah??satu lukisan ratusan juta,padahal harga cat dan kwasnya berapa??,atau saya tanyakan kembali berapa kalau kita ingin foto keluarga pada “salah satu Studio Foto di bilangan Pondok Indah”?? 25 juta-50jt bahkan lebih untuk satu buah foto plus bingkai ukuran A0.
Diatas cuma sekelumit romantisme arsitek yang pasti dialami oleh banyak para arsitek disini. Apresiasi terhadap proses cenderung dikebelakangkan, yang lebih dilihat adalah “Produk” hasil akhir. Memang sulit merubah sebuah kebiasaan atau pola berpikir seseorang,tapi kita layak untuk memberi edukasi atau gambaran bahwa untuk sebuah perencanaan dibutuhkan juga kreativitas,waktu serta tenaga ahli yang terlibat .Memang output dari perencanaan adalah dokumen-dokumen perencanaan mulai dari Pra Rencana, Gambar Rencana sampai Estimasi biaya,tapi yang banyak dilupakan oleh kebanyakan klien adalah “Proses” yang terjadi.